Selasa, 6 Julai 2010

40 juta vaksin selsema babi sia-sia, WHO dipersoalkan


STFFREE MALAYSIA TODAY


NEW YORK: Sekitar 40 juta dos vaksin selsema babi (HINI) yang digunakan untuk melindungi masyarakat Amerika Syarikat terbuang. Jumlah vaksin yang tidak terpakai ini tercatat tertinggi dalam sejarah pembuangan ubat.

Jumlah 40 juta dos vaksin yang akan dibakar itu bernilai US$ 260 juta.

Jumlah vaksin selsema babi yang dibuang ini 25 peratus dari jumlah persediaan ertinya 43 peratus pasukan vaksin untuk warga AS berakhir menjadi bahan buangan. Padahal biasanya rata-rata jumlah ubat atau vaksin yang dibuang selama ini hanya 10 peratus.

"Pembuangan vaksin ini terbanyak dalam sejarah jika menurut standard yang ada," kata Jerry Weir, yang mengawasi penelitian vaksin untuk badan pengawas ubat dan makanan AS atau US Food and Drug Administration (FDA) seperti dilapurkan FoxNews, hari ini.

Kerajaan Amerika dinilai terlalu berlebihan memesan vaksin selsema babi, padahal ia tidak sampai menyebabkan kematian. Tujuan Pertubuhan Kesihatan Dunia (WHO) yang mengumumkan pandemik selsema babi juga dianggap keterlaluan kerana membuat banyak negara paranoid.

Namun jurucakap jabatan kesihatan AS, Bill Hall membela pembelian besar itu sebagai risiko yang diperlukan dalam menghadapi virus yang tidak pernah berlaku sebelumnya.

Apalagi menurutnya, ketika selsema babi merebak pada April 2009 banyak pakar kesihatan khuatir selsema baru itu boleh menjadi epidemi global yang membunuh.

"Meskipun ada banyak dos vaksin yang tidak digunakan, itu jauh lebih tepat sebagai senario terburuk daripada terlalu sedikit memiliki dos vaksin," kata Hall.

Kerana sukar untuk meramalkan kesan wabak selsema babi ketika itu, jabatan kesihatan A S meminta lima pengeluar vaksin untuk segera membuat vaksin. Ketika itu juga banyak pakar yang mengatakan setiap orang memerlukan dua dos vaksin untuk melawan selsema babi.

Sehingga tahun lalu pemerintah AS memiliki 200 juta dos vaksin selsema babi, termasuk pesanan yang sudah dibuat tiga tahun sebelumnya. Jumlah persediaan vaksin ini sangat besar dan belum pernah terjadi, jumlahnya hampir dua kali ganda dari jumlah persediaan untuk selsema semusim.

Dari 200 juta dos vaksin sekitar 162 juta dos vaksin digunakan untuk masyarakat umum dan 36 juta dos lainnya untuk keperluan tentera dan beberapa negara lain.

Kenapa banyak vaksin flu babi yang tidak terpakai? Seperti laporan AP yang dikutip dari FoxNews, ada beberapa alasan yang membuat vaksin itu menjadi sia-sia:

1. Setelah digunakan ternyata hanya memerlukan satu dos untuk melindungi orang dari selsema babi, sementara sebelumnya dikatakan 2 dos.

2. Banyak dari persediaan vaksin yang ada tidak siap diguna hingga akhir 2009, setelah tahun itu juga ancaman flu babi mulai mereda.

3. Selsema babi ternyata tidak membunuh seperti yang ditakutkan. Jumlah 12.000 kematian, hanya sepertiga dari kematian akibat flu.

Tidak hanya di Amerika, di beberapa negara Eropah juga jutaan dos vaksin selsema babi tidak terpakai. Para pengkritik mempersoalkan tujuan beberapa penasihat WHO yang memiliki hubungan dengan industri farmasi, dengan menyatakan selsema babi sebagai pandemi atau epidemi global.

Pengkritik menuding kecemasan yang ada terlalu dibesar-besarkan dan akhirnya banyak membuang wang. Padahal kenyataannya, selsema burung dan SARS yang menyerang Asia lebih berbahaya.

"Setiap kali ada pakar yang mengatakan bahawa jutaan orang di seluruh dunia akan terbunuh oleh virus-virus itu. Kami telah belajar bahwa para pakar itu benar-benar salah," kata Dr Ulrich Keil, profesor di universiti terkemuka di Jerman, University of Muenste yang juga penasihat WHO.

Menurutnya, tindakan itu tidak bertanggungjawab malah membingungkan dalam penetapan keutamaan untuk kesihatan masyarakat.

Jumlah kematian dari epidemi influenza juga jauh lebih kecil dari jumlah orang yang mati kerana penyakit kronik seperti penyakit jantung, kanser, lumpuh dan diabetes.

Hingga kini WHO masih belum membuang status pandemi selsema babi. Pada 3 Jun lalu, Pengarah Jenderal WHO, Margaret Chan mengatakan bahawa tahap persediaan pandemi saat ini masih dalam kemungkinan tertinggi, iaitu tahap enam. WHO akan meneliti keputusan ini pada bulan ini.

Tiada ulasan: